Your Cart 3

  • Marketing Course
    Brief description
    $120
  • Strategy Course
    Brief description
    $80
  • Digital Course
    Brief description
    $50
  • Total (USD) $250

Search

Mula Penamaan Kota Tanjung Pura Langkat

Ditulis oleh Tengku Fahrizal Muhrim pada Rabu 18 Desember 2024 | 21:45

Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat sebagai Kabupaten yang ada di Sumatera Utara memiliki akar sejarah dimana pada masa lampau berdiri sebuah Kerajaan Langkat kemudian menjadi Kesultanan Langkat, dan pada tanggal 17 Januari 2025 akan Merayakan Hari Jadi Langkat  yang  ke 275 Tahun.

Kerajaan Langkat berdiri sejak 1750 ketika Raja Kahar bin Raja Abdullah memindahkan pusat pemerintahan dari Kota Datar Hamparan Perak ke Kota Dalam Secanggang yang kemudian diteruskan oleh Raja Badiuzzaman, putra sulungnya dengan membuka kampung Kepala Sungai sebagai pusat pemerintahan kerajaan Langkat saat itu.

Kampung Pulau Haji dan Inai Lama sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Langkat lama saat itu dibumihanguskan Belanda dan menjadi ladang tebu pada tahun 1815 sampai 1821 dan dilanjutkan lagi pada tahun 1862 sampai 1865.

Masuk ke masa Kesultanan Langkat dan Sultan Musa diangkat  menjadikan Sultan Langkat pada tahun 1854  dan 1887. Dimasa  Kepemimpinan Sultan Musa, telah membangun pondasi  Kesultanan Langkat  dengan membina pemerintahan di Kota Pati.

Tengku Hamzah Al Hajj yang dikenal dengan pangeran  Tanjung yang di gelar Indra Diraja Langkat sebagai Putra Dari Sultan Musa memiliki peran penting dalam  pemerintahan dimasa Kesultanan, hal ini dapat dilihat dari beberapa dokumen  yang ada atas nama kesultanan.

Indra Diraja Langkat  mengikat  perjanjian dengan pihak asing terkait pengelolaan sumber Minyak Bumi di wilayah Langkat.

Penamaan Kota Pati sebagai pusat pemerintahan masa Kesultanan Langkat selanjutnya berganti  menjadi  kota Tanjung Pura  dimana menurut peta, dimuara sungai mati  yang menyerupai tanjung  pernah berdiri Puri Pangeran Hamzah, dan ini awal mula kisah penamaan Kota Tanjung Pura.

Peran Pangeran Tanjung dalam pemerintahan  tetap dilanjutkan oleh anak  keturunan beliau dimana sebagai Kepala Luhak Hulu dipimpin  oleh Tengku Pangeran Adil dan Kepala Luhak Hilir dipimpin oleh Tengku Pangeran Jambak dan Dilanjutkan Oleh Tengku soran  hingga berakhirnya status keswaprajaan, sampai terbentuknya Negara Republik Indonesia.