Kampung Budaya Ampera menuju Sarasehan Masyarakat Melayu
Menjelang petang hari di sebuah sudut kampung yang merupakan kampung asal terbentuknya bandar raya yang menjadi cikal bakal berdirinya sebuah negeri bernama Langkat, kami berdiskusi.
Tempat itu bernama Kampung Ampera, yang berada di tepian Sungai Wampu. Ini merupakan sebuah pemukiman penduduk yang asri di antara bangunan rumah panggung yang masih terawat.
Warga setempat bertutur Bahasa Melayu yang masih asli, menjadi tradisi lisan yang masih terpelihara dalam keseharian masyarakat di kampung Budaya Ampera ini.
Tradisi budaya dan adat istiadat yang masih terjaga berupa kesenian Bordah, yaitu tarian dulang yang telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Ada juga penutur Seni Berpantun, hingga sajian kuliner Melayu yang khas berupa Bubur Pedas, Kuih Rasidah, dan Manisan Halus menjadi tradisi yang tersaji di hari besar di Kampung Ampera.
Selian kesenian, di tempat ini juga ada bukti sejarah adanya situs makam di wilayah ini dan tapak dermaga pelabuhan yang masih dapat ditemukan di tepian Sungai Wampu.
ini tentu menjadi bukti Kampung Ampera merupakan syahbandar yang maju pada masanya.
Dukungan seluruh para pihak dan pemangku kepentingan selayaknya menobatkan Kampung Ampera sebagai Kampung Budaya, dalam upaya mengejawantahkan Peraturan Daerah tentang Masyarakat Hukum Adat yang ada di Kabupaten Langkat.
Pada diskusi sore itu, membahas tentang keberadaan Budaya Ampera agar didorong menjadi Kampung Budaya, yang semestinya menjadi gerakan bersama bagi penggiat budaya, dan Pemerintah Daerah.
Diskusi tersebut juga menyimpan sebuah harapan bersama agar kampung tersebut memiliki infrastruktur yang memadai sebagai sebuah situs sejarah dan penghormatan pada leluhur.
Kampung Ampera merupakan akronim dari kalimat yang berarti Asal Mula Perkampungan Rakyat, lokasi kampung ini hanya hitungan menit dari pusat ibu kota Kabupaten Langkat tepatnya berada di wilayah Administrasi Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu.
Lihat juga