Your Cart 3

  • Marketing Course
    Brief description
    $120
  • Strategy Course
    Brief description
    $80
  • Digital Course
    Brief description
    $50
  • Total (USD) $250

Search

Kampung Percut

Kedatukan Percut - Kerapatan Adat Kejeruan Metar Bilad Deli

Bendera Kejeruan Metar Bilad Deli

Lambang Kejeruan Metar Bilad Deli

Isi Peta

Pemukiman kampung Percut merupakan daerah pesisir timur Sumatera Utara yang secara mayoritas penduduknya beradat istiadat Melayu. Pada umumnya masyarakat kampung Percut bekerja sebagai nelayan. Secara geografis kampung Percut berbatasan langsung dengan laut Selat Malaka. Pemukiman kampung Percut ini terbentuk dari pinggir sungai percut yang merupakan muara dari sungai seruwai yang berada di hulu. 

Secara historis kampung ini telah terbentuk sebelum Kesultanan Deli berdiri. Terdapat beberapa peninggalan sejarah yang ditemukan di kampung Percut seperti potongan artefak dari zaman Kerajaan Melayu Deli. Artefak tersebut ialah Meriam Puntung yang ditemukan di Sungai Percut. Artefak ini sempat dipajang di Masjid Raya Nurul Yaqin Pekan Jumat, Dusun 11. Kemudian artefak tersebut dipindahkan kembali ke Istana Maimun sebagai bukti sejarah keberadaan kesultanan Deli. 

Kedekatan Kesultanan Deli dengan Kampung Percut ini berawal dari masuknya raja pertama kesultanan Deli Tuanku Gocjah Pahlawan.  Menurut cerita masyarakat, Gotjah Pajlawan merupakan panglima dari Kesultanan Aceh, pertama kali mendaratkan kakinya di kampung Percut. Terdapat peninggalan tapak bekas kerajaan Kejuruan Percut yang dibentuk oleh Kerajaan Kesultanan Deli pada masa jayanya, karena Kejuruan Percut juga ikut andil ketika pembentukan Kerajaan Kesultanan Deli. 

Setelah terjadi perebutan tahta Kesultanan Deli ketiga, Deli terbelah menjadi dua yakni kesultanan Deli dan Serdang. Akibat perpecahan tersebut, wilayah Kejuruan Percut juga sempat menjadi rebutan oleh Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang. Pada masa itu, Kejuruan Percut adalah salah satu wilayah yang pertumbuhan ekonominya cukup menjanjikan dan tingkat populasi masyarakatnya juga cukup padat. Apalagi ketika itu sempat terjadi kedatangan Belanda yang membuat perjanjian dengan Kesultanan Deli tentang hak wilayah Kejuruan Percut untuk dibuatkan lahan tembakau berkualitas. 

Sebagai wilayah yang tanahnya sangat subur untuk tanaman tembakau yang berkualitas sehingga Belanda ingin menjadikan wilayah tersebut sebagai pusat pemerintahan, maka pantaslah wilayah Kejuruan Percut ini selalu menjadi wilayah sengketa antara kesultanan Deli dan kesultanan Serdang. 

Nama Kecamatan Percut Sei Tuan terdiri dari dua suku kata yaitu Percut yang berarti Kejuruan Percut dan Sei Tuan yang berarti Kejuruan Sungai tuan. Pada awal masa kemerdekaan Republik Indonesia, Kejuruan Percut dan Kejuruan Sei Tuan digabungkan menjadi satu wilayah dengan nama Percut Sei Tuan dan nama tersebut menjadi sebuah kecamatan hingga sekarang (Wikipedia). 

Sebagai salah satu kampung tertua di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kampung Percut cukup banyak diberi gelar pada masa jayanya, dimulai dari Kampung Santri karena dahulu Kampung Percut merupakan penghasil santri-santri terbaik pada masa itu, hal ini terbukti dengan banyaknya ustad dan alim ulama yang terkenal di Kecamatan Percut Sei Tuan. 

Kemudian juga diberi gelar menjadi Kampung Literasi yang dinobatkan oleh Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan pada tahun 2018 dan juga diberi gelar Kampung KB pada tahun 2020 sebagai Kampung Keluarga Berencana terbaik di Kabupaten Deli Serdang. 

Sebagai wilayah pesisir timur Sumatera, tentu saja Kampung Percut memiliki areal lahan mangrove terbesar di Percut Sei Tuan dengan luas wilayah kurang lebih 200 ha, Hal tersebut membuat Kampung Percut menjadi salah satu kampung konservasi mangrove. Kampung atau desa Percut itu sendiri memiliki luas wilayah -+1063 Ha, terdiri dari lahan persawahan dan perladangan dengan total luas wilayah kurang lebih 740 ha dan pemukiman seluas kurang lebih 323 ha dengan angka jumlah penduduk sekitar kurang lebih 17.000 jiwa. 

Menurut cerita masyarakat, nama Kampung Percut diambil dari nama seorang pejuang perempuan Aceh yang biasa dipanggil dengan nama Cut. Karena perjuangannya tersebut masyarakat sekitar mengabadikan namanya menjadi sebuah nama kampung yaitu perjuangan Cut atau Percut. 

Kampung atau Desa Percut terdiri dari 19 dusun dan dipimpin oleh satu kepala desa. Namun ada satu wilayah yang berada di Desa Saentis dan masyarakat memberi nama wilayah tersebut dengan nama Sungai Jernih. Meski pun berada di luar dari wilayah Desa Percut, masyarakat Kampung Sungai Jernih mengaku sebagai warga Desa Percut, karena menurut sejarah, Kampung Percut pertama kali berdiri di Sungai Jernih atau disebut Kampung Tertua. 

Hal itu senada dengan penyampaian Kepala Desa Percut Ashari Syah S Ag, bahwasanya wilayah Sungai Jernih itu adalah wilayah Kampung Percut yang paling tertua.Komunitas Rumpun Tunas BertuahKomunitas Rumpun Tunas Bertuah didirikan pada Januari 2022 oleh sekumpulan pemuda di Kampung Percut, yang melihat sejarah Kebudayaan Melayu mulai bergeser akibat modernisasi zaman. 

Pada era digitalisasi sekarang, banyak pemuda di Percut terpengaruh budaya asing yang masuk. Oleh karenanya, komunitas ini bertujuan mengangkat serta melestarikan kembali adat istiadat dan budaya Melayu agar tidak menghilang dari desa ini. Selain itu, untuk pelestarian budaya Melayu, komunitas ini juga bergerak di bidang sosial dan konservasi berdasarkan sejarah yang tertulis. 

Banyak dari pemuda di desa ini terpengaruh obat-obatan terlarang atau Narkoba yang membuat pemuda yang di desa ini tidak lagi memikirkan tentang adat istiadat dan budayanya, ditambah tidak adanya filterisasi tentang keberadaan media sosial yang berdampak buruk terhadap perilaku dan jiwa sosial yang harusnya tumbuh. Padahal ada banyak potensi yang bisa dikembangkan di wilayah Kampung Percut ini, salah satunya kuliner pengolahan hasil laut yang sudah menjadi ikon, bahkan sudah ditetapkan oleh Kabupaten Deli Serdang menjadi kawasan wisata kuliner. 

Banyak restoran-restoran apung yang menjanjikan makanan pengolahan hasil laut untuk para pengunjung. Mereka datang dari berbagai daerah baik Kota Medan bahkan luar Kota Medan. Tentu saja ini adalah potensi wisata yang baik bagi masyarakat yang ada di sekitarnya untuk dikembangkan. 

Sayangnya, kondisi ini justru berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi sebagian besar masyarakat yang yang rata-rata berada di bawah angka garis kemiskinan. Hal ini mendorong sejumlah pemuda membentuk komunitas yang tidak hanya bergerak di bidang budaya tetapi juga bidang sosial, ekonomi, dan konservasi agar masyarakat menyadari betapa pentingnya potensi-potensi yang ada untuk dikembangkan bersama. 

Inisiatif para pemuda ini untuk berkontribusi penuh kepada masyarakat yang ada di sekitar dengan adanya kegiatan-kegiatan budaya dan kegiatan sosial serta konservasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Salah satu contoh kegiatan yang sudah kami laksanakan yaitu sunat massal bagi para anak yatim mau pun anak piatu secara gratis setiap tahunnya dengan konsep memakai pakaian adat Melayu dengan berjulang, serta diiringi persembahan dan silat. Ini adalah bentuk komitmen Komunitas Rumpun Tunas Bertuah untuk melestarikan adat budaya Melayu serta memperhatikan kehidupan sosial masyarakat. 

Menurut pendiri Komunitas Rumpun Tunas Bertuah, Khairil Anwar, komunitas ini dibentuk atas inisiatif para pemuda yang sangat memperhatikan kehidupan sosial masyarakatnya baik itu mengenai adat istiadat budaya Melayu mau pun kehidupan sosial ekonominya. Komunitas Rumpun Tunas Bertuah ini juga berkomitmen membentuk program-program lain seperti pendidikan literasi bagi anak-anak usia dini. 

Program lainnya adalah melestarikan pakaian adat mau pun artefak Melayu, konservasi hutan mangrove, pelatihan seni tari dan pembentukan dermaga baca. Dermaga baca merupakan sebuah perpustakaan adat Melayu yang mengikut-sertakan tentang sejarah Kampung Percut. Program lain yang menjadi pamungkas yaitu usaha kreatif UMKM anak muda dan ibu-ibu dengan dukungan dana dari Pemerintah dan pihak swasta. Komunitas ini berharap, seluruh anak muda memiliki visi misi aga orang-orang Melayu dapat lebih diperhatikan terutama untuk bidang pendidikan dan kebudayaan. (*)

Kabar Kampung Percut

Tokoh 21 September 2024
Tanggapan Datok Timbalan Percut, Kejeruan Metar Bilad Deli
Tanggapan Datok Timbalan Percut, Kejeruan Metar Bilad Deli
Tanggapan Datok Timbalan Percut, Kejeruan Metar Bilad Deli terkait pelaksanaan Sarasehan masyarakat adat melayu pesisir timur sumatera